Romantis

Saya jarang buat cerita tentang dia, hanya saat masalah sedang hebat hebatnya dan laptop saya kebetulan nyala. Malam ini, saya mau cerita, tentang dia yang sudah ada kemajuan soal rasa. Saya merasa, dia sudah kasat rasa, kadang terlalu kasat malah. Saya jadi banyak senyum tiap harinya.

Kondisi sekarang ini, seolah dia meletakkan saya di tempat paling aman dan nyaman sebelum dia tinggalkan saya untuk berkelana. Saya tau, masih banyak bagian dunia yang ingin dia bawa, dan saya nggak keberatan akan hal itu. Saya suka caranya yang sekarang, benar benar buat saya tau kalo jantung saya punya debar.

Suka atau tidak, saya sadar tokoh antagonisnya sekarang ini ya 'saya'. Dengan rasa saya yang sepertinya benar benar 9/10 diri saya, sering sekali saya membuat dia kewalahan. Pernah juga buat saya nggak peduli berapa energi yang tersisa ditubuh kokohnya. Saya sambar saja dia dengan beribu tuduhan, tapi hebatnya, dia tetap sabar.

Saya nggak tau lagi dimana ada orang setahan ini dengan saya, yang bahkan saya sendiri kadang geleng geleng kepala. Tapi dia, malam itu, masih bisa bilang 'wajar'. Kalau dia jadi 'wali Allah' nanti, saya yakin salah satu penyebabnya adalah kebanyakan sabar setelah ketemu saya.

Sampai sejauh ini, saya ngin menjelaskan ke orangnya, kalau mencintai orang itu tidak butuh alasan, yang butuh alasan itu saat kita memutuskan untuk melepas hati kita jatuh di tangan orang. Alasannya harus selogis mungkin, seperti kata orangnya. Dan, ya, saya punya alasan super kuat untuk tidak mengambil kembali hati saya yang terlanjur jatuh di tangan Anda.

Selamat berjuang, saya tunggu di sini (nggak sambil diam).

Komentar