Masih...

Aneh memang, bahkan setelah semua ketidakpastian yang dinyatakan, seorang wanita tetap tak bisa pergi meninggalkan prianya. Pria yang miliknya, dalam hatinya, entah bagaimana dalam dunia.

Aku mau menjelaskannya. Alasan kami tetap setia walau tak ada teman bersama.

Merelakan hati untuk jatuh adalah sakit bagi kami, bahkan jika itu menyenangkan. Bahwa hati kami akhirnya ditaklukan dan kami pun merelakannya digenggam orang, adalah sakit bagi kami.

Selanjutnya bagaimana kami menjalaninya sebagai hamba cinta. Sedikit banyak, kami mencintai hati kami di awal hubungan ini... Tapi sisanya, kami mencintai pembawanya pula.

Lalu...
Bagaimana kalau hati kami dibawa pergi?
Haha.

Kami tetap hidup, tapi tidak seenergik dulu lagi. Tugas-tugas, pekerjaan, kewajiban kami semuanya selesai dengan memuaskan, tapi tidak kami apresiasi lagi. Hari demi hari tidak pernah kami gauli, hanya kami lewati. Memastikan tidak ada yang mengganggu waktu dimana kami sedang menyendiri.

Sebab hanya di waktu itu kami bisa konsentrasi, mengingat hari-hari dimana kalian, pria, masih menemani. Bukannya kami selemah ini tidak mampu mandiri… kami butuh ditemani. Tanpa kalian, kami bisa berjanji bahwa kemajuan teknologi juga tetap akan sepesat ini. Tapi kami tidak bisa saling menemani. Kami berkawan, sementara kalian adalah lawan.

Komentar