Takut Rindu

Tuhan memang suka mengujiku, terutama soal rindu. Dia tahu, aku tak bisa berhenti mencarimu, maka dari itu Dia beri jarak antara aku dan kamu. Supaya apa? Supaya aku tahu, aku benar benar tidak bisa hidup tanpa kamu? Gemasnya.

Diantara semua hal yang aku tahan untuk kebaikanmu, merindumu adalah konsekuensi paling menyiksa untukku. Aku percaya kamu, hatimu, bahkan setia yang belum sempat kamu janjikan untukku. Tapi bertemu, tetaplah kebutuhan untukku. Hanya untuk melihat rona Lelah di wajahmu, selepas dunia menghajarmu, atau rona cerahmu setelah dunia berbaik hati padamu.

Kau bilang aku permata, buatku kau juga. Kau tak boleh jatuh di pangkuan yang belum selembut sutera. Oleh sebabnya, biarkan kupu kupu merajut kepompongnya, menyusun selembar sutera untuk menangkap kita berdua. Kodratnya memang lama, tapi jika akhirnya kita Bersama, aku mau mau saja.

Jangan kau suruh aku mencari yakin di tempat lain. Kau tahu berapa pesakitan yang aku lalui sebelum mendapat ini di ribaanmu? Lalu kau masih mau melihatku melalui lagi pesakitan itu? Tega. Biarkan aku menunggumu. Bodoh buatmu, tapi kau tahu, dari dulu aku begitu.

Baru tadi ini kau pun menyiksaku. Kau goda aku dengan kamu. Ragamu diam, tapi melakukan perubahan. Kau tahu aku mengagumi matamu, dan malah kau jelaskan itu. Andai saja itu masih dulu, pasti tidak sungkan aku menatapmu lamat sampai kau sendiri yang malu.

Malam tadi ada kisah cinta baru, serupa punyaku dan kamu. Aku senang bertemu teman senasibku. Kau, senanglah… punya teman senasibmu. Mungkin saja kita benar jadi sepasang pasangan baru. Dia dengan dia, aku dengan kamu. Merdu.

Semua kisah ini membuatku semakin takut rindu. Padahal ujian itu datangnya kurang dari seminggu. Haih. Aku takut rindu. Kau mainlah ke rumahku, atau aku yang main ke rumahmu?

Komentar