Semoga Syukurku Bertahan, Aamiin.

Sebenarnya aku sungguh ingin melanjutkan ceritaku menempuh masa-masa perpisahan dengan orang-orang yang disebut mantan. Tapi hari ini aku butuh pelampiasan. Ya, aku sedang kesakitan.

Kalian tidak akan mudah paham, bahwa aku sakit karena rasaku sedang merah-merahnya. Bahwa aku sakit karena dia sedang peka-pekanya. Apa? Mengira cintaku bertepuk sebelah tangan? Tidak.

Begini.
Aku melihatnya, ketampanan dan kebaikan dalam dirinya dengan mata wanita biasa yang mudah jatuh dalam suka. Coba tebak, secepat itu aku menyukainya? Tidak. Tidak, sampai dia melayangkan sesuatu yang ku sebut kode pertama.

Selanjutnya, iya, secepat itu aku menyukainya. Aku keluar dari rambu-rambu jaga rasa. Dan, percaya atau tidak, aku semakin suka padanya hanya lewat percakapan WA. Bodohnya.

Pertemuan pertama setelahnya luar biasa. Aku bahkan tak berani ambil posisi tepat di sebelahnya. Tapi karena nafsu juga, aku berhasil duduk satu petak disebelahnya. Petak apa? Rahasia.

Lalu malamnya aku tutup seperti biasanya, menulis buku harian yang mulai terisi dengan namanya. Malam itu, aku mulai bertanya. Apa aku pernah benar-benar jatuh cinta?

Sungguh mudah menulis tentang yang baru saja kita rasa. Seperti aku saat ini. Tapi aku harus berhenti. Kenapa? Biar kita bisa saling bercerita lagi nanti.

Sekarang aku bisa berhenti, karena rasaku sudah pulih walau masih perih.

Penyebabnya?
Aku rindu dia. Sungguh.

Komentar